tag:blogger.com,1999:blog-67242155273015788722024-02-20T19:04:06.801+07:00Kumpulan Cerita Motivasi, Kata Bijak dan PuisiAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.comBlogger49125tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-12716219711189547162013-07-18T20:15:00.001+07:002013-07-18T20:15:15.697+07:00"Raja jadi tukang kebun"<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}">Alkisah
adalah seorang raja yang sangat besar kekuasaannya. Oleh karena
kehidupan yang mewah dan serba cukup tidak membuat ketenangan kepada
jiwanya. Sang raja akhirnya memilih untuk hidup sebagai rakyat biasa
dengan menyamar sebagai tukang kebun.<br /> <br /> Sang Raja akhirnya bekerja di salah seorang saudagar kaya yang mempunyai kebun delima yang cukup luas. Ia pun menjaga<span class="text_exposed_show">
kebun itu dengan patuh dan rajin. Suatu hari datanglah tuan kebun itu
dan meminta pekerja kebun membawakan sebiji delima yang masak lagi manis
kepadanya. Pekerja itu pun segera menuju ranting-ranting delima untuk
mencari buah delima yang paling masak.<br /> <br /> Kemudian tuannya memakan
delima tersebut, air mukanya berubah. Kemudian berkata: "Wahai
pekerjaku tolong bawakan kepadaku sebiji delima yang lebih manis dari
ini."<br /> <br /> Sekali lagi, sang raja yang menjadi tukang kebun tadi
pergi mencari buah delima yang lain tanpa mengetahui mengapa tuannya
menyuruh dia membawakan sebiji lagi. Setelah buah yang diberikan kepada
tuannya itu dimakan, dengan spontan buah itu dibuang oleh tuannya itu.<br /> <br />
Oleh karena terlalu marah sebab buah yang dimakannya itu ternyata masih
masam, ia pun berkata dengan suara yang keras: "Wahai pekerja! Heran
sekali aku melihat engkau. Sudah begini lama engkau menjaga kebunku,
tidakkah engkau tahu yang masam dan manis?"<br /> Lalu jawab sang raja
tadi dengan suara yang lemah dan sopan : "Tuan, bukankah saya ini
diamanahkan untuk menjaga kebun supaya sentiasa subur buah-buahan,
tetapi tuan tidak memberi izin kepada saya untuk mencicipi buahnya."<br /> <br />
Betapa terkejutnya tuannya itu setelah mendengar jawaban tersebut.
Tidak terduga sama sekali akan besarnya sifat amanah yang ada pada
tukang kebunnya itu. Namun, alahngkah terkejutnya sang tuan tatkala
mengetahui bahwa pekerja kebunnya adalah seorang raja mahsyur yang
memang tengah mencari kehidupan sebagai rakyat biasa.<br /> <br /> Sang tuan
pun akhirnya menyadari bahwa memang pantaslah ia menjadi seorang raja
yang terkenal bijak seantero negri. Jadi rakyat kecilpun beliau bisa
betul-betul menjaga pekerjaannya walau sangat sepele. Ia pun segera
meminta maaf dan sekaligus mendoakan sang raja.<br /> <br /> (diilhami dari kisah Ibrahim bin Adham)<br /> <br /> ****<br /> <br />
Sahabatku, kisah tersebut diatas merupakan salah satu refleksi
bagaimana seorang manusia dengan sangat amanah dalam menjalani
pekerjaannya. Bagaimana dengan kita ?<br /> tentu para sahabat sangat
mengerti bagaimana seharusnya kita menjaga amanah dalam setiap
pekerjaan. sekecil apapun itu, namun nilainya sangat berharga. Dari
seorang pekerja bahkan pemimpin pun sangat diperlukan sikap ini.<br /> <br />
Kembali kepada hati nurani masing-masing, bagaimana kita bisa jujur
sekecil apapun dengan apa yang kita lakukan, Tentu Tuhan lah yang
menilai dan membalas apa yang kita lakukan.<br /> <br /> Sahabatku, sederhana namun bermakna,,,"mulai dari diri kita sendiri dan mulai lah saat ini" <br /> <br /> Terima kasih telah membaca dan semoga selalu semangat dalam menjalani hidup..<br /> SALAM MOTIVASI !!!</span></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-28230483510964556672010-12-23T13:39:00.001+07:002010-12-23T13:46:25.422+07:00Ujian HidupSeperti inilah Tuhan membentuk Kita.<br />
Pada saat Tuhan membentuk kita, tidaklah menyenangkan,<br />
Sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata.<br />
Tetapi inilah satu - satunya cara bagi-Nya untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan-Nya.<br />
<br />
"Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh kedalam berbagai pencobaan,<br />
sebab anda tahu bahwa ujian terhadap kita menghasilkan ketekunan.<br />
Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya anda menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan satu apapun."<br />
<br />
Apabila anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati, karena Dia sedang membentuk Anda.<br />
Bentukan - bentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah semua proses itu selesai, Anda akan melihat betapa cantiknya Tuhan membentuk Anda.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-15665629814651022232010-12-23T13:35:00.001+07:002010-12-23T13:46:25.427+07:00Percaya Keajaiban"Percayalah pada Keajaiba..<br />
Tapi jangan tergantung padanya."<br />
<br />
By H. Jackson Brown. JrAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-154924560603980152010-12-23T13:33:00.001+07:002010-12-23T13:46:25.433+07:00Pria dan Wanita Sukses"Setiap pria dan wanita yang sukses adalah pemimpi - pemimpi besar.<br />
Mereka berimajinasi tentang masa depan mereka, berbuat sebaik mungkin dalam setiap hal.<br />
dan bekerja setiap hari menuju visi jauh ke depan yang menjadi tujuan mereka."<br />
<br />
By Brian TracyAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-37052777083924346472010-12-23T13:23:00.001+07:002010-12-23T13:23:53.340+07:00Keberhasilan"Hanya mereka yang berani gagal dapat meraih Keberhasilan"<br />
<br />
by Robert F. KennedyAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-62995064288623932682010-12-23T13:04:00.001+07:002010-12-23T13:18:10.236+07:00Malaikat PelindungSuatu Ketika, ada bayi yang siap untuk dilahirkan.<br />
Maka, ia bertanya kepada Tuhan.<br />
"Ya Tuhan, Engkau akan mengirimku ke Bumi.<br />
tapi, aku takut, aku masih sangat kecil dan tak berdaya.<br />
Siapakah nanti yang akan melindungiku disana...?"<br />
<br />
Tuhan pun Menjawab :<br />
"Diantara semua malaikat-Ku, Aku akan memilih seorang yang khusus untukmu.<br />
Dia akan merawatmu dan mengasihimu."<br />
<br />
Si KEcil bertanya lagi, :<br />
"Tapi, Disini, di Surga ini, aku tak berbuat apa - apa, kecuali tersenyum dan bernyanyi, Semua itu cukup membuatku Bahagia."<br />
<br />
Tuhanpun MEnjawab :<br />
"Tak apa, Malaikatmu itu, akan selalu mendendangkan lagu untukmu, dan dia akan membuatmu tersenyum setiap hari.<br />
Kamu akan merasakan cinta dan kasih sayang, dan itu semua pasti akan membuatmu bahagia."<br />
<br />
Namun, si KEcil bertanya lagi :<br />
"Bagaimana Aku bisa mengerti ucapan MEreka, jika aku tak tahu bahasa yang mereka pakai...?"<br />
<br />
Tuhanpun menjawab :<br />
"Malaikatmu itu, akan membisikanmu kata - kata yang paling indah, dia akan selalu sabar ada disampingmu, dan dengan kasihnya, dia akan mengajarkanmu berbicara dengan bahasa manusia."<br />
<br />
Si kecil bertanya lagi :<br />
"Lalu, Bagaimana jika aku ingin berbicara padamu, ya Tuhan...?"<br />
<br />
Tuhanpun Kembali menjawab :<br />
"Tenang, malaikatmu akan terus melindungimu, walaupun nyawa yang menjadi taruhannya.<br />
Dia sering akan melupakan kepentingannya sendiri untuk keselamatanmu."<br />
<br />
Namun, si Kecil malah sedih,<br />
"Ya Tuhan, tentu aku akan sedih jika tak melihat-Mu lagi"<br />
<br />
Tuhan menjawab lagi :<br />
"Malaikatmu , akan selalu mengajarkanmu Keagungan-Ku, dan dia akan mendidikmu, bagaimana agar selalu patuh dan taat pada-Ku.<br />
Dia akan selalu membimbingmu untuk selalu mengingat-Ku.<br />
Walau begitu, Aku akan selalu ada di sisimu."<br />
<br />
Hening...<br />
KEdamaian pun tetap menerpa surga.<br />
Namun, suara - suara panggilan dari bumi terdengar sayup - sayup.<br />
<br />
"Ya Tuhan, aku akan pergi sekarang, tolong sebutkan nama malaikat yang akan melindungiku,,,"<br />
<br />
Tuhanpun kembali menjawab :<br />
"Nama Malaikatmu tak begitu penting, KAmu akan memanggilnya dengan sebutan....<br />
IBU".Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-2216793536181405522010-12-23T12:56:00.001+07:002010-12-23T13:18:10.244+07:00Bersyukurlah Pada Apa SAjaAnda wajib mensyukuri apapun yang menimpa anda.<br />
ini bukan masalah keberuntungan.<br />
Bersyukur menuntun anda untuk senantiasa menyingkirkan sisi negatif dari hidup.<br />
Orang Lain mungkin mengatakan kalau anda tidak realistis.<br />
Namun, sebenarnya anda jauh lebih realistis, yaitu membebaskan diri anda dari kecemasan atas kesalahan.<br />
<br />
Bersyukur mendorong anda untuk bergerak maju dengan penuh antusias.<br />
Tak ada yang meringankan hidup anda selain sikap bersyukur.<br />
<br />
Semakin banyak anda bersyukur, semakin banyak anda menerima.<br />
Semakin banyak anda mengingkari, semakin berat beban yang anda jejalkan pada diri anda.<br />
<br />
KEbanyakan orang lebih terpaku pada kegagalan lalu mengingkarinya.<br />
Sedikit sekali yang melihat pada keberhasilan lalu mensyukurinya.<br />
KArena, anda takkan berhasil dengan menggerutu dan berkeluh kesah.<br />
Anda berhasil karena berusaha.<br />
sedangkan usaha anda lakukan karena anda melihat sisi positif.<br />
<br />
Hanya dengan bersyukurlah sisi positif itu tampak di pandangan anda.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-70676823160428822112010-12-23T12:48:00.001+07:002010-12-23T13:18:10.250+07:00Tindakan Kita SEbatas Kita memandang Dunia.Bila anda memandang diri anda kecil, dunia akan tampak sempit dan tindakan anda pun jadi kerdil.<br />
Namun bila anda memandang diri anda besar, dunia terlihat luas, anda pun melakukan hal - hal penting dan berharga.<br />
<br />
Tindakan anda adalah cermin bagaimana anda melihat dunia.<br />
SEmentara dunia anda tak lebih luas dari pikiran anda tentang diri anda sendiri.<br />
<br />
itulah mengapa kita diajarkan untuk berprasangka positif pada diri sendiri, agar kita bisa melihat dunia lebih indah, dan bertindak selaras dengan kebaikan - kebaikan yang ada dalam pikiran kita.<br />
<br />
Padahal dunia tak butuh penilaian apa - apa dari kita.<br />
ia hanya memantulkan apa yang ingin kita lihat.<br />
Ia menggemakan apa yang ingin kita dengar.<br />
Bila kita takut menghadapi dunia, sesungguhnya kita takut menghadapi diri sendiri.<br />
<br />
Maka, bukan soal apakah kita berprasangka positif atau negatif terhadap diri sendiri.<br />
Melampaui diatas itu, kita perlu jujur melihat diri sendiri apa adanya.<br />
Dan, dunia pun menampakkan realitanya yang selama ini tersembunyi di balik penilaian - penilaian kita.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-44031305295067626222010-12-23T12:44:00.000+07:002010-12-23T12:44:26.537+07:00Sedikit Demi Sedikit, Lama LAma menjadi BukitPepatah ini Sederhana saja,<br />
" Sedikit demi sedikit, Lama - Lama menjadi Bukit".<br />
kita bisa memaknainya, bahwa bila kita mengumpulkan sesen demi sesen, pada saatnya kita akan dapatkan sepundi.<br />
<br />
Namun sesungguhnya pepatah itu tak sekedar berbicara hemat, atau ketekunan menabung.<br />
<br />
Pepatah ini menyiratkan tentang sesuatu yang lebih berharga, dari sekedar sekantung keping uang, yaitu :<br />
Bila kita mampu mengumpulkan kebaikan dalam setiap tindakan - tindakan kecil kita, maka akan dapati kebesaran dalam jiwa kita.<br />
<br />
Bagaimanakah tindakan - tindakan kecil itu mencerminkan kebesaran jiwa sang pemiliknya.?<br />
Yaitu bila disertai dengan secercah kasih sayang didalamnya.<br />
<br />
Ucapan terimakasih, sesungging senyum, sapaan ramah, atau pelukan sahabat<br />
adalah tindakan yang mungkin sepele saja.<br />
Namun dalam liputan kasih sayang , ia jauh lebih tinggi daripada bukit tabungan anda.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-12921488376132135352010-10-27T11:38:00.000+07:002010-12-23T13:38:02.146+07:00TerimaKasih TuhanAku bermimpi suatu hari aku pergi ke surga dan seorang malaikat menemaniku dan menunjukkan keadaan di surga.<br />
Kami berjalan memasuki suatu ruang kerja penuh dengan para malaikat.<br />
Malaikat yang mengantarku berhenti di depan ruang kerja pertama dan berkata, ' <br />
Ini adalah Seksi Penerimaan.<br />
Disini, semua permintaan yang ditujukan pada Allah diterima'.<br />
<br />
Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.<br />
<br />
Kemudian aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui koridor yang panjang lalu sampailah kami pada ruang kerja kedua.<br />
Malaikat-ku berkata,<br />
'Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman.<br />
Disini kemuliaan dan berkat yang diminta manusia diproses dan dikirim ke manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya'.<br />
<br />
Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja itu.<br />
Ada banyak malaikat yang bekerja begitu keras karena ada begitu banyaknya permohonan yang dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke bumi.<br />
<br />
Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangat kecil.<br />
Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada satu malaikat yang duduk disana, hampir tidak melakukan apapun.<br />
'Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih', kata Malaikatku pelan.<br />
Dia tampak malu.<br />
<br />
'Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?' tanyaku. <br />
' Menyedihkan' , Malaikat-ku menghela napas. <br />
' Setelah manusia menerima berkat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan terima kasih'.<br />
<br />
'Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas berkat Tuhan?', tanyaku.. <br />
'Sederhana sekali', jawab Malaikat.<br />
'Cukup berkata, 'Terima kasih, Tuhan' '. <br />
<br />
'Lalu, berkat apa saja yang perlu kita syukuri', tanyaku.<br />
Malaikat-ku menjawab, 'Jika engkau mempunyai makanan di lemari es, pakaian yang menutup<br />
tubuhmu, atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur, maka engkau lebih kaya dari 75% penduduk dunia ini.<br />
<br />
'Jika engkau memiliki uang di bank, di dompetmu, dan uang-uang receh, maka engkau berada diantara 8% kesejahteraan dunia.<br />
<br />
'Dan jika engkau mendapatkan pesan ini di komputer mu, engkau adalah bagian dari 1% di dunia yang memiliki kesempatan itu.<br />
<br />
Juga....<br />
'Jika engkau bangun pagi ini dengan lebih banyak kesehatan daripada kesakitan ...<br />
engkau lebih diberkati daripada begitu banyak orang di dunia ini yang tidak dapat bertahan hidup hingga hari ini.<br />
<br />
'Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan dalam perang, kesepian dalam penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan yang amat sangat Maka engkau lebih beruntung dari 700 juta orang di dunia'.<br />
<br />
'Jika engkau dapat menghadiri Tempat Peribadahan atau pertemuan religius tanpa ada ketakutan akan penyerangan, penangkapan, penyiksaan, atau kematian...<br />
maka engkau lebih diberkati daripada 3 milyar orang di dunia.<br />
<br />
'Jika orangtuamu masih hidup dan masih berada dalam ikatan pernikahan ...<br />
maka engkau termasuk orang yang sangat jarang. <br />
<br />
<br />
Jika engkau masih bisa mencintai ...<br />
maka engkau termasuk orang yang besar, Karena cinta adalah berkat Tuhan yang tidak didapat dari manapun<br />
<br />
'Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum, maka engkau bukanlah seperti orang kebanyakan, engkau unik dibandingkan dari semua (mereka) yang berada dalam keraguan dan keputusasaan.<br />
<br />
'Jika engkau dapat membaca pesan ini, maka engkau menerima berkat ganda, yaitu bahwa seseorang yang mengirimkan ini padamu berpikir bahwa engkau orang yang sangat istimewa baginya, dan bahwa, engkau<br />
lebih diberkati daripada lebih dari 2 juta orang di dunia yang bahkan tidak dapat membaca sama sekali'.<br />
<br />
<br />
Nikmatilah hari-harimu, hitunglah berkat yang telah Tuhan anugerahkan kepadamu.<br />
Dan jika engkau berkenan, kirimkan pesan ini ke semua teman-teman- mu untuk mengingatkan mereka betapa. diberkatinya kita semua.<br />
<br />
'Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan bahwa,<br />
'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak nikmat kepadamu' '.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-47675289643424449302010-10-27T11:34:00.002+07:002010-12-23T13:38:02.146+07:00Berbuka Puasa Di GerejaSebuah gereja di Solo menyediakan halamannya untuk berbuka puasa dan salat<br />
magrib.<br />
<br />
SOLO -- Program nasi murah untuk berbuka puasa digelar oleh Gereja Kristen<br />
Jawa Manahan, Solo. Cukup murah karena menu berbuka komplet tersebut hanya<br />
dijual dengan harga Rp 500. Harga semestinya per porsi di atas Rp 5.000.<br />
Bahkan, sebelum berbuka, sebuah pengajian digelar dengan pembicara dari<br />
pemimpin salah satu pondok pesantren besar di Solo.<br />
<br />
<br />
Wujud sebuah toleransi beragama.<br />
<br />
"Tidak ada sesuatu pun yang kembar identik di muka bumi ini. Ramah<br />
terhadap perbedaan merupakan keniscayaan. Kita mencintai istri kita karena<br />
dia berbeda dengan diri kita. Dan semuanya menjadi indah," kata Kiai Dian<br />
Nafi', pengasuh Pondok Pesantren Al-Muayyad, Windan, Sukoharjo, yang<br />
memberi pengajian itu pada 6 September lalu. Wajahnya memancarkan rasa<br />
haru yang mendalam. Betapa tidak, dia baru saja menyaksikan sebuah bukti<br />
masih adanya rasa toleransi antarumat beragama.<br />
<br />
Sejak pukul 17.00 WIB, puluhan sepeda ontel dan belasan becak berjajar di<br />
depan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Manahan, Solo. Tidak ada kegiatan<br />
kebaktian walaupun saat itu hari Sabtu. Justru para pengemudi sepeda ontel<br />
dan becak tersebut sedang mendengarkan pengajian yang disampaikan oleh<br />
Kiai Dian Nafi' di gereja yang terletak di sebelah timur Stadion Manahan<br />
tersebut.<br />
<br />
Hampir 500 orang, baik dewasa maupun anak-anak, menyimak kajian dari sang<br />
ustad dengan penuh perhatian. Apalagi Dian Nafi' memberikan ceramahnya<br />
dengan cukup interaktif, sehingga minat peserta pengajian pun semakin<br />
besar. Tanpa terasa, waktu sekitar 30 menit berlalu, hingga saat magrib<br />
menjelang. Ustad pun menyelesaikan kajiannya.<br />
<br />
Suasana menjadi cukup riuh. Puluhan muda-mudi, kebanyakan jemaat GKJ<br />
Manahan, bergerak mengantarkan minuman dan makanan kepada mereka yang<br />
hadir. Sebanyak 500 teh hangat, kolak pisang, dan nasi soto lengkap dengan<br />
kerupuk dihidangkan. Masyarakat yang hadir segera menyantap menu buka<br />
puasa tersebut setelah secara bersama membaca doa berbuka puasa. Dalam<br />
waktu singkat, hidangan segera menyebar secara merata. Lagu Tuhan karya<br />
grup musik Bimbo mengalun merdu dari bibir dua orang penyanyi yang<br />
diiringi permainan organ tunggal.<br />
<br />
"Kita mencoba menghormati agama lain dengan mengadakan program nasi murah<br />
untuk berbuka puasa," kata Pendeta Retno Ratih Suryaning Handayani. Memang<br />
murah karena, untuk mendapatkan menu berbuka sekomplet itu, setiap orang<br />
hanya perlu membayar Rp 500. Tak mengherankan jika masyarakat yang datang<br />
kebanyakan berasal dari golongan tak mampu.<br />
<br />
Kegiatan tersebut telah dilaksanakan secara rutin oleh GKJ Manahan<br />
semenjak 1997 dan dilaksanakan sebulan penuh. Dari tahun ke tahun,<br />
peminatnya semakin banyak, meskipun di tempat lain banyak yang memberikan<br />
buka puasa gratis. "Kita merasa lebih dihargai dengan membayar," kata<br />
Sukirno, seorang tukang becak yang berasal dari Semanggi, Solo.<br />
<br />
Uniknya, tidak semua yang datang tertib membayar. Seharusnya, dari 500<br />
porsi yang disediakan, uang yang didapatkan bisa mencapai Rp 200 ribu tiap<br />
harinya. Namun, penyelenggara hanya mendapatkan pemasukan maksimal Rp 173<br />
ribu. "Tidak jadi masalah karena ini sifatnya membantu masyarakat yang<br />
tidak mampu," kata Retno.<br />
<br />
Toleransi tidak berhenti sampai di situ. Seusai berbuka puasa, beberapa<br />
mahasiswa beragama Islam yang turut membantu program tersebut menumpang<br />
sembahyang magrib di tempat tersebut. Pendeta pun menyediakan tempat<br />
kerjanya untuk salat, lengkap dengan sajadahnya. Dalam kegiatan tersebut,<br />
seakan perbedaan keyakinan sudah tidak lagi menjadi sekat pembeda.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-79228860356461784442010-10-27T11:33:00.002+07:002010-10-27T11:33:38.577+07:00Sahabat Seperti Bola MataApakah Anda Tahu Hubungan Antara Dua Bola Mata Anda.....? <br />
<br />
Mereka: <br />
Berkedip bersama, <br />
Bergerak bersama, <br />
Menangis bersama, <br />
Melihat bersama,<br />
Tidur bersama, <br />
Malah menutup pandangan terakhirpun bersama <br />
Meskipun mereka tidak pernah melihat antara satu sama lain...<br />
Kecuali melalui cermin.. .<br />
<br />
Persahabatan seharusnya seperti itu...<br />
Kehidupan akan kurang ceria tanpa sahabat...<br />
<br />
Minggu ini adalah "MINGGU KAWAN SEDUNIA"... Siapa kawan anda?Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-17232995978209080462010-10-27T11:32:00.000+07:002010-10-27T11:32:41.863+07:00SahabatPeriksalah kembali persahabatan yang pernah Anda rajut.<br />
Apakah masih terbentang di sana?<br />
Atau Anda telah melupakannya jauh sebelum ini?<br />
<br />
Bekerja keras dan meniti karier bukan berarti memisahkan Anda dari persahabatan.<br />
Beberapa orang mengatakan bahwa menjadi pemimpin itu berteman sepi, selalu mengerjakan apapun sendiri.<br />
Memang pohon yang menjulang tinggi berdiri sendiri.<br />
Perdu yang rendah tumbuh bersemak-semak.<br />
Apakah seperti itu hidup yang ingin Anda jalani?<br />
<br />
Jangan kacaukan karier dengan kehidupan yang semestinya.<br />
Persahabatan merupakan bagian dari hidup Anda.<br />
Binalah persahabatan.<br />
Anda akan merasakan betapa kayanya hidup Anda.<br />
Berbagi kesedihan pada sahabat, mengurangi kesedihan itu, dan berbagi kebahagiaan dengan sahabat,<br />
melipatgandakan kebahagiaan itu. <br />
<br />
Orang bijak berkata bahwa sahabat adalah satu jiwa dalam tubuh yang berbeda.<br />
Sahabat terdekat Anda adalah keluarga Anda.<br />
Mungkin, itulah mengapa bersahabat dapat meringankan beban Anda, karena di dalam persahabatan tidak ada perhitungan.<br />
Di sana Anda belajar menghindari hal-hal yang tidak Anda setujui, dan senantiasa mencari hal-hal yang<br />
Anda sepakati.<br />
Itu juga mengapa persahabatan adalah kekuatan.<br />
<br />
Ada pepatah mengatakan,<br />
"Manusia yang paling lemah adalah orang yang tidak mampu mencari teman.<br />
Namun yang lebih lemah dari itu adalah orang yang mendapatkan banyak teman tapi malah menyia-nyiakannya..."Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-46825989615447373922010-10-27T11:27:00.001+07:002010-10-27T11:40:03.408+07:00Jangan pernah MenyerahSuatu Hari aku memutuskan untuk berhenti.<br />
Berhenti dari pekerjaanku, berhenti dari hubunganku dengan sesama dan berhenti dari spiritualitasku aku pergi ke hutan untuk bicara dengan Tuhan untuk yang terakhir kalinya.<br />
"Tuhan", kataku. "berikan aku satu alasan untuk tidak berhenti?"<br />
<br />
Dia memberi jawaban yang mengejutkanku.<br />
"Lihat ke sekelilingmu", kataNya.<br />
"Apakah engkau memperhatikan tanaman pakis dan bambu yang ada dihutan ini?"<br />
"Ya", jawabku.<br />
<br />
Lalu Tuhan berkata,<br />
"Ketika pertama kali Aku menanam mereka, Aku menanam dan merawat benih-benih mereka<br />
dengan seksama.<br />
Aku beri mereka cahaya, Aku beri mereka air, pakis-pakis itu tumbuh dengan sangat cepat<br />
warna hijaunya yang menawan menutupi tanah namun, tidak Ada yang terjadi dari benih bambu tapi Aku tidak berhenti merawatnya.<br />
<br />
Dalam tahun kedua, pakis-pakis itu tumbuh lebih cepat Dan lebih banyak lagi.<br />
Namun, tetap tidak Ada yang terjadi dari benih bambu tetapi Aku tidak menyerah terhadapnya."<br />
"Dalam tahun ketiga tetap tidak Ada yang tumbuh dari benih bambu itu tapi Aku tetap tidak menyerah begitu juga dengan tahun ke empat. "<br />
<br />
"Lalu pada tahun ke lima sebuah tunas yang kecil muncul dari dalam tanah bandingkan dengan pakis, itu<br />
kelihatan begitu kecil Dan sepertinya tidak berarti.<br />
<br />
Namun enam bulan kemudian, bambu ini tumbuh dengan mencapai ketinggian lebih dari 100 kaki.<br />
Dia membutuhkan waktu lima tahun untuk menumbuhkan akar-akarnya.<br />
Akar-akar itu membuat dia kuat dan memberikan apa yang dia butuhkan untuk bertahan.<br />
Aku tidak akan memberikan ciptaanku tantangan yang tidak bisa mereka tangani."<br />
<br />
"Tahukan engkau anakKu, dari semua waktu pergumulanmu, sebenarnya engkau sedang menumbuhkan akar-akarmu?<br />
Aku tidak menyerah terhadap bambu itu Aku juga tidak akan pernah menyerah terhadapmu. "<br />
<br />
Tuhan berkata<br />
"Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain.<br />
Bambu-bambu itu memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan dengan pakis tapi keduanya tetap membuat<br />
hutan ini menjadi lebih indah."<br />
"Saat mu akan tiba", Tuhan mengatakan itu kepadaku.<br />
"Engkau akan tumbuh sangat tinggi"<br />
"Seberapa tinggi aku harus bertumbuh Tuhan?" tanyaku.<br />
"Sampai seberapa tinggi bambu-bambu itu dapat tumbuh?"<br />
Tuhan balik bertanya.<br />
"Setinggi yang mereka mampu?" Aku bertanya<br />
"Ya." jawabNya, "Muliakan Aku dengan pertumbuhan mu, setinggi yang engkau dapat capai."<br />
<br />
Lalu aku pergi meninggalkan hutan itu, menyadari bahwa Allah tidak akan pernah menyerah terhadapku dan Dia juga tidak akan pernah menyerah terhadap Anda.<br />
<br />
Jangan pernah menyesali hidup yang saat ini Anda jalani sekalipun itu hanya untuk satu hari.<br />
Hari-hari yang baik memberikan kebahagiaan;<br />
hari-hari yang kurang baik memberi pengalaman;<br />
kedua-duanya memberi arti bagi kehidupan ini.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-1346341067197282322010-10-27T11:26:00.000+07:002010-10-27T11:26:32.089+07:00Renungan Mbah SarwiKukenal Mbah Sarwi sebagai pedagang sayur di Pasar Minggu.<br />
Aku memang sering berbelanja sayur ke sana, sembari perjalanan pulang dari Jakarta ke Depok.<br />
Usianya mungkin sekitar 65 tahun.<br />
Tubuhnya ringkih dibalut kain kebaya.<br />
Memang tampak sederhana karena Mbah Sarwi tidak memiliki perhiasan yang layak untuk dipamerkan.<br />
Kalaupun ada yang berharga, hanyalah sepasang anting emas di telinganya.<br />
Sementara ditangan kirinya terjuntai dua buah gelang karet berwarna kuning.<br />
<br />
Tapi aku sangat menghormatinya karena Mbah Sarwi adalah guruku:<br />
Guru yang membukakan mataku tentang sisi lain kehidupan, mengajariku tentang arti kepasrahaan kepada Tuhan juga semangat pantang menyerah.<br />
Biasanya aku hanya memberikan uang kepada Mbah Sarwi, sembari mengatakan rencana sayur yang akan kubuat.<br />
Dengan cekatan beliau memilihkan sayur kepadaku.<br />
<br />
Pernah aku bertanya,<br />
apakah Mbah Sarwi tidak merasa takut bersaing dengan supermarket, hypermarket bahkan pedagang lain yang menjadi saingannya?<br />
Beliau hanya menjawab bahwa rizki kuwi wis ono sing ngatur, ono dino yo ono upo.<br />
Pernah sesekali aku berpandangan negative bahwa mungkin sikap beliau adalah cermin sebuah keterbelakangan, moral peasant.<br />
Menurut Samuel W. Popkin (sopo iki....?),<br />
seorang petani lebih bodoh dari buruh, sehingga dianalogikan bahwa petani akan berteriak adanya banjir apabila air telah mencapai leher.<br />
Dan Mbah sarwipun mungkin baru akan menyadari kekeliruannya setelah modalnya habis dan bangkrut.<br />
<br />
Akan tetapi sekitar dua tahun aku berlangganan, tidak kutemukan sebuah kemunduran.<br />
Bahkan kini Mbah Sarwi bisa membeli sebuah timbangan.<br />
<br />
Biasanya beliau meminjam timbangan dari pedagang sayur disampingnya.<br />
<br />
Beliau juga berceritera bahwa beliau habis menjenguk keluarganya di Madiun, karena cucunya dikhitan.<br />
Dan beliau merasa bersyukur karena Tuhan terus memberikan berbagai kebahagiaan di penghujung usianya.<br />
<br />
Jawaban-jawaban Mbah Sarwi memang membuatku mati langkah.<br />
Kepasrahannya kepada Tuhan, mengalahkan ceramah para agamawan yang kadang harus menetapkan tariff bagi mereka mengundangnya.<br />
Kegigihannya dalam berusaha, mengalahkan kaum pengusaha yang terbukti hanya bisa menjual lisensi dan praktek monopoli.<br />
<br />
Hukum Tuhan memanglah misteri.<br />
Orang yang kita pandang lemah, justru sebenarnya adalah orang yang kuat.<br />
Banyak orang kaya yang justru merasa khawatir tentang hartanya serta banyak orang berilmu merasa khawatir akan wibawanya.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-22457753234508539892010-10-27T11:23:00.000+07:002010-12-23T13:38:02.147+07:00Renungan DiriAssalamu'alaikum. ..<br />
<br />
Pernahkah Anda bayangkan bila pada saat kita berdoa, kita mendengar ini:<br />
"Terima kasih, Anda telah menghubungi Baitullah".<br />
"Tekan 1 untuk 'meminta'.<br />
Tekan 2 untuk 'mengucap syukur'.<br />
Tekan 3 untuk 'mengeluh'.<br />
Tekan 4 untuk 'permintaan lainnya'."<br />
<br />
Atau....<br />
<br />
Bagaimana jika Malaikat memohon maaf seperti ini:<br />
"Saat ini semua malaikat sedang membantu pelanggan lain.<br />
Tetaplah sabar menunggu. Panggilan Anda akan dijawab berdasarkan<br />
urutannya."<br />
<br />
Atau, bisakah Anda bayangkan bila pada saat berdoa, Anda mendapat<br />
respons seperti ini:<br />
"Jika Anda ingin berbicara dengan Malaikat,<br />
Tekan 1. Dengan Malaikat Mikail,<br />
Tekan 2. Dengan malaikat lainnya,<br />
Tekan 3. Jika Anda ingin mendengar sari tilawah saat Anda menunggu,<br />
Tekan 4. "Untuk jawaban pertanyaan tentang hakekat surga & neraka,<br />
silahkan tunggu sampai Anda tiba di sini!!"<br />
<br />
Atau bisa juga Anda mendengar ini :<br />
"Komputer kami menunjukkan bahwa Anda telah satu kali menelpon hari ini.<br />
Silakan mencoba kembali esok hari."<br />
atau...<br />
"Kantor ini ditutup pada akhir minggu. Silakan menelpon kembali hari<br />
Senin setelah pukul 9 pagi."<br />
<br />
Alhamdulillah. .. Allah SWT mengasihi kita, Anda dapat menelpon-Nya<br />
setiap<br />
saat!!!<br />
Anda hanya perlu untuk memanggilnya kapan saja dan Dia mendengar Anda.<br />
Karena bila memanggil Allah, Anda tidak akan pernah mendapat nada sibuk.<br />
Allah menerima setiap panggilan dan mengetahui siapa pemanggilnya secara<br />
pribadi.<br />
<br />
Ketika Anda memanggil-Nya, gunakan nomor utama ini: 24434<br />
2 : shalat Subuh<br />
4 : shalat Zuhur<br />
4 : shalat Ashar<br />
3 : shalat Maghrib<br />
4 : shalat Isya<br />
<br />
Atau untuk lebih lengkapnya dan lebih banyak kemashlahatannya,<br />
gunakan nomor ini : 28443483<br />
2 : shalat Subuh<br />
8 : Shalat Dhuha<br />
4 : shalat Zuhur<br />
4 : shalat Ashar<br />
3 : shalat Maghrib<br />
4 : shalat Isya<br />
8 : Shalat Lail (tahajjud atau lainnya)<br />
3 : Shalat Witir<br />
<br />
Info selengkapnya ada di Buku Telepon berjudul "Al Qur'anul Karim &<br />
Hadist<br />
Rasul"<br />
Langsung hubungi, tanpa Operator tanpa Perantara, tanpa dipungut biaya.<br />
<br />
Nomor 24434 dan 28443483 ini memiliki jumlah saluran hunting yang tak<br />
terbatas dan seluruhnya buka 24 jam sehari 7 hari seminggu 365 hari<br />
setahun<br />
!!!<br />
<br />
Sebarkan informasi ini kepada orang-orang di sekeliling kita.<br />
Mana tahu mungkin mereka sedang membutuhkannya<br />
<br />
Sabda Rasulullah S.A.W : "Barang siapa hafal tujuh kalimat, ia<br />
terpandang mulia di sisi Allah dan Malaikat serta diampuni dosa-dosanya<br />
walau sebanyak buih laut"<br />
<br />
7 Kalimah ALLAH:<br />
<br />
1. Mengucap "Bismillah" pada tiap-tiap hendak melakukan sesuatu.<br />
2. Mengucap " Alhamdulillah" pada tiap-tiap selesai melakukan sesuatu.<br />
3. Mengucap "Astaghfirullah" jika lidah terselip perkataan yang tidak<br />
patut.<br />
4. Mengucap " Insya-Allah" jika merencanakan berbuat sesuatu di hari<br />
esok.<br />
5. Mengucap "La haula wala kuwwata illa billah" jika menghadapi sesuatu<br />
tak disukai dan tak diingini.<br />
6. Mengucap "inna lillahi wa inna ilaihi rajiun" jika menghadapi dan<br />
menerima musibah.<br />
7. Mengucap "La ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah " sepanjang siang<br />
dan malam sehingga tak terpisah dari lidahnya.<br />
<br />
Dari tafsir Hanafi, mudah-mudahan ingat, walau lambat-lambat. ..<br />
mudah-mudahan selalu, walau sambil lalu...<br />
mudah-mudahan Jadi bisa, karena sudah biasa.<br />
<br />
Sekarang anda mempunyai 2 pilihan :<br />
1. Biarkan E-mail ini tetap dalam mailbox anda.<br />
2. Forward E-mail ini ke sejumlah orang yang anda kenal<br />
dan Insya-Allahridha Allah akan dianugerahkan kepada setiap orang yang<br />
Anda<br />
kirim.<br />
<br />
Wassalaamu'alaikum.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-44921021315619909162010-10-27T11:21:00.000+07:002010-12-23T13:38:02.147+07:00INDAHNYA “ MALAM PERTAMA “Malam pertama .....<br />
(sengaja diberi tanda petik, berarti bukan arti yang sesungguhnya, artinya bukan malam pertama bagi sang raja & permaisuri sebagai pengantin baru),<br />
yang penuh dengan kenikmatan duniawi, bermesraan dengan suami / istri baru dalam peraduan Adam & Hawa.<br />
<br />
<br />
Justru .... malam pertama perkawinan kita dengan Sang Mauuuut.....<br />
<br />
Sebuah malam yang meninggalkan isak tangis sanak saudara......<br />
<br />
<br />
Hari itu, mempelai sangat dimanjakan, mandinyapun harus dimandikan, seluruh badan kita terbuka .....<br />
tak sehelaipun benang melekat pada tubuh kita yang menutupinya<br />
<br />
Tak ada rasa sedikitpun malu ......<br />
seluruh badan digosok dibersihkan ....<br />
kotoran dari lubang hidung dan anus dikeluarkan, bahkan lubang itunyapun ditutupi dengan kapas putih, itulah sosok kita …..<br />
<br />
Itulah jasad kita waktu nanti ....<br />
<br />
<br />
Setelah dimandikan .....<br />
kita pun akan dipakaikan gaun yang cantik, yang semua orang jarang memakainya, tetapi merknya cukup terkenal, bahkan dikenal di seluruh dunia, yaitu Kafan, wewangian ditaburkan ke baju kita, bagian kepala, badan dan kaki diikatkan,<br />
tataplah ... tataplah .... itulah wajah kita<br />
<br />
<br />
Keranda pelaminan, langsung dipersiapkan, pengantin bersanding sendirian tanpa teman ...<br />
mempelai diarak keliling kampung bertandukan tetangga menuju istana keabadian sebagai symbol asal usul kita diiringi langkah gontak oleh seluruh keluarga serta rasa haru para handai taulan.<br />
<br />
<br />
Gamelan syahdu bersyairkan adzan, akad nikahnya bacaan talkin ......<br />
berwalikan liang lahat ....<br />
disaksikan nisan-nisan ....<br />
yang telah tiba terlebih dahulu, siraman air mawar merupakan pengantar akhir kerinduan.....<br />
<br />
<br />
Dan akhirnya tibalah saatnya masa pengantin ......<br />
menunggu dan ditinggal sendirian ......<br />
untuk mempertanggungjawabkan seluruh langkah kehidupan.<br />
<br />
<br />
Malam pertama bersama kekasih .....<br />
ditemani rayap-rayap dan cacing tanah dikamar bertilamkan tanah, dan ketika 7 langkah sanak saudara telah pergi meninggalkan kita, kita pun ditanyai oleh sang Malaikat ....<br />
<br />
<br />
Kitapun tak tahu apakah akan memperoleh nikmat kubur …<br />
ataukah kita akan memperoleh siksa kubur.....<br />
kita tak tahu dan tak ada seorangpun yang tahu.<br />
<br />
<br />
Tapi anehnya kita tak pernah galau ketakutan …..<br />
padahal nikmatkah atau siksakah yang akan kita terima ?<br />
Kita sungkan sekali meneteskan air mata, seolah tangis atas dosa dan khilaf adalah barang berharga yang sangat mahal sekali.<br />
<br />
<br />
Dan Dia kekasih itu......<br />
Menetapkanmu ke Syurga .....<br />
atau melemparkanmu ke Neraka …..<br />
tentunya kita berharap menjadi penghuni Syurga, akan tetapi sudah pantaskah sikap kita ini untuk disebut calon penghuni Syurga ?<br />
<br />
<br />
Sahabat ...<br />
mohon naaf ...<br />
jika malam itu aku tak menemanimu .....<br />
bukan aku tak setia, bukan aku berkhianat .....<br />
tapi itulah komitmen azali tentang hidup dan kehidupan.<br />
<br />
<br />
Rasa sayangku padamu lebih dari apa yang kau duga, aku berdo’a .......<br />
<br />
Semoga kau selalu bisa Khusnul Khotimah sehingga menjadi ahli syurga<br />
<br />
<br />
Amin ........ ya robbal ‘alamin.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-67423995323142825712010-10-27T11:17:00.000+07:002010-12-23T13:38:02.147+07:00Pengemis Buta Dan Nabi Muhammad SAWDi sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya,<br />
Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya. <br />
<br />
Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawakan <br />
makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan <br />
yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui <br />
bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan hal <br />
ini setiap hari sampai beliau wafat. <br />
<br />
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan <br />
setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari sahabat terdekat <br />
Rasulullah SAW yakni Abubakar RA berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang <br />
tidak lain tidak bukan merupakan isteri Rasulullah SAW dan beliau bertanya <br />
kepada anaknya itu, Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan? <br />
<br />
Aisyah RA menjawab,Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir <br />
tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja. <br />
Apakah Itu?, tanya Abubakar RA. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke <br />
ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang <br />
ada disana, kata Aisyah RA. <br />
<br />
Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk <br />
diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu <br />
memberikan makanan itu kepadanya. <br />
Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya, sipengemis marah sambil menghardik, <br />
Siapakah kamu? <br />
Abubakar RA menjawab,Aku orang yang biasa (mendatangi engkau). <br />
Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku, bantah si pengemis buta itu. <br />
<br />
Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah <br />
mulut ini mengunyah. <br />
Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu <br />
dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku, pengemis itu <br />
melanjutkan perkataannya. <br />
<br />
Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada <br />
pengemis itu, <br />
Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari <br />
sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah <br />
SAW. <br />
<br />
Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar RA, <br />
dan kemudian berkata, <br />
Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak <br />
pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap <br />
pagi, ia begitu mulia.... <br />
<br />
<br />
Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar RA saat <br />
itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim. <br />
<br />
Nah, wahai saudaraku, bisakah kita meneladani kemuliaan akhlaq Rasulullah SAW? <br />
Atau adakah setidaknya niatan untuk meneladani beliau? <br />
Beliau adalah ahsanul akhlaq, semulia-mulia akhlaq. <br />
<br />
Kalaupun tidak bisa kita meneladani beliau seratus persen, alangkah baiknya <br />
kita berusaha meneladani sedikit demi sedikit, kita mulai dari apa yang kita <br />
sanggup melakukannya. <br />
<br />
Sadaqah Jariah salah satu dari nya mudah dilakukan, pahalanya? <br />
MasyaAllah.. ..macam meter taxi...jalan terus. <br />
<br />
<div style="color: red;"><u><b>Sadaqah Jariah - Kebajikan yang tak berakhir. </b></u></div><br />
1. Berikan al-Quran pada seseorang, dan setiap dibaca, Anda mendapatkan <br />
hasanah. <br />
<br />
2. Sumbangkan kursi roda ke RS dan setiap orang sakit menggunakannya, Anda <br />
dapat hasanah. <br />
<br />
3. Bantu pendidikan seorang anak. <br />
<br />
4. Ajarkan seseorang sebuah do'a. Pada setiap bacaan do'a itu, Anda dapat <br />
hasanah. <br />
<br />
5. Bagi CD Quran atau Do'a. <br />
<br />
6. Terlibat dalam pembangunan sebuah mesjid. <br />
<br />
7. Tempatkan pendingin air di tempat umum. <br />
<br />
8. Tanam sebuah pohon. Setiap seseorang atau binatang berlindung dibawahnya, <br />
Anda dapat hasanah. <br />
<br />
9. Bagikan email ini dengan orang lain. Jika seseorang menjalankan salah satu <br />
dari hal diatas, Anda dapat hasanah sampai hari Qiamat. <br />
<br />
Aminnnnnn...Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-79350954364990713332010-10-26T12:41:00.000+07:002010-10-26T12:41:44.546+07:00PEMBELI ISTIMEWAPada suatu hari, ketika Jepang belum semakmur sekarang, datanglah seorang peminta-minta ke sebuah toko kue yang mewah dan bergengsi untuk membeli manju (kue Jepang yang terbuat dari kacang hijau dan berisi<br />
selai).<br />
<br />
Bukan main terkejutnya si pelayan melihat pelanggan yang begitu jauh sederhana ditokonya yang mewah dan bergengsi itu.<br />
Karena itu dengan terburu-buru ia membungkus manju itu.<br />
Tapi belum lagi ia sempat menyerahkan manju itu kepada si pengemis, muncullah si pemilik toko<br />
berseru,<br />
"Tunggu, biarkan saya yang menyerahkannya".<br />
Seraya berkata begitu, diserahkannya bungkusan itu kepada si pengemis.<br />
<br />
Si pengemis memberikan pembayarannya.<br />
Sembari menerima pembayaran dari tangan si pengemis, ia membungkuk hormat dan berkata,<br />
"Terima kasih atas kunjungan anda".<br />
Setelah si pengemis berlalu, si pelayan bertanya pada si pemilik toko,<br />
"Mengapa harus anda sendiri yang menyerahkan kue itu?<br />
Anda sendiri belum pernah melakukan hal itu pada pelanggan mana pun.<br />
Selama ini saya dan kasirlah yang melayani pembeli".<br />
<br />
Si pemilik toko itu berkata, "Saya mengerti mengapa kau heran.<br />
Semestinya kita bergembira dan bersyukur atas kedatangan pelanggan istimewa tadi.<br />
Aku ingin langsung menyatakan terima kasih.<br />
Bukankah yang selalu datang adalah pelanggan biasa, namun kali ini lain." <br />
"Mengapa lain," tanya pelayan.<br />
"Hampir semua dari pelanggan kita adalah orang kaya.<br />
Bagi mereka, membeli kue di tempat kita sudah merupakan hal biasa.<br />
Tapi orang tadi pasti sudah begitu merindukan manju kita sehingga mungkin ia sudah<br />
berkorban demi mendapatkan manju itu.<br />
<br />
Saya tahu, manju itu sangat penting baginya.<br />
Karena itu saya memutuskan ia layak dilayani oleh pemilik toko sendiri.<br />
Itulah sebabnya aku melayaninya", demikian penjelasan sang pemilik toko.<br />
<br />
Konosuke Matsushita, pemilik perusahaan Matsushita Electric yang terkemuka itu, menutup cerita tadi dengan renungan bahwa setiap pelanggan berhak mendapatkan penghargaan yang sama.<br />
Nilai seorang pelanggan bukanlah ditentukan oleh prestise pribadinya atau besarnya pesanan yang dilakukan.<br />
<br />
Seorang usahawan sejati mendapatkan sukacita dan di sinilah ia harus meletakkan nilainya.<br />
<br />
Dikutip dari artikel,<br />
Konosuke Matsushita, Food For Thought, <br />
dari buku Etos Bisnis dan Etika ManajemenAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-65009850885258196542010-10-26T12:38:00.000+07:002010-10-26T12:38:24.834+07:00NIkmati Kopinya, MAsa Cangkirnya...Sekelompok alumni University California of Berkeley yang telah mapan dalam karir masing-masing berkumpul dan mendatangi professor kampus mereka yang telah tua.<br />
Percakapan segera terjadi dan mengarah pada komplain tentang stess di pekerjaan dan kehidupan mereka.<br />
<br />
Menawari tamu-tamunya kopi, profesor pergi ke dapur dan kembali dengan poci besar berisi kopi dan cangkir berbagai jenis.<br />
Dari porselin, plastik, gelas, kristal, gelas biasa, beberapa di antaranya gelas mahal dan beberapa lainnya sangat indah, dan mengatakan pada para mantan mahasiswanya untuk menuang sendiri kopinya.<br />
<br />
Setelah semua mahasiswanya mendapat secangkir kopi di tangan, profesor itu mengatakan:<br />
"Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan yang murah saja.<br />
<br />
Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami."<br />
<br />
"Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi.<br />
<br />
Dalam banyak kasus, itu hanya lebih mahal dan dalam beberapa kasus bahkan menyembunyikan apa yang kita minum.<br />
Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah kopi, bukanlah cangkirnya, namun kalian secara sadar<br />
mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain."<br />
<br />
"Sekarang perhatikan hal ini:<br />
Kehidupan bagai kopi, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi dalam masyarakat adalah cangkirnya.<br />
Cangkir bagaikan alat untuk memegang dan mengisi kehidupan.<br />
Jenis cangkir yang kita miliki tidak mendefinisikan atau juga mengganti kualitas kehidupan yang<br />
kita hidupi.<br />
<br />
Seringkali, karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang Tuhan sediakan bagi kita."<br />
<br />
Tuhan memasak dan membuat kopi, bukan cangkirnya.<br />
Jadi nikmatilah kopinya, bukan cangkirnya.<br />
<br />
Sadarilah jika kehidupan Anda itu lebih penting dibanding pekerjaan Anda.<br />
Jika pekerjaan Anda membatasi diri Anda dan mengendalikan hidup Anda,<br />
Anda menjadi orang yang mudah diserang dan rapuh akibat perubahan keadaan.<br />
<br />
Pekerjaan akan datang dan pergi, namun itu seharusnya tidak mengubah diri Anda sebagai manusia.<br />
Pastikan Anda membuat tabungan kesuksesan dalam kehidupan selain dari pekerjaan Anda.<br />
<br />
So enjoy your day and work and keep make relationship with others :)Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-51914127428566231202010-10-26T12:35:00.000+07:002010-10-26T12:35:18.859+07:00Menyalahkan Sebenarnya Tidak PentingAku baru masuk kuliah saat bertemu dengan keluarga White.<br />
Mereka sangat berbeda dengan keluargaku, namun aku langsung merasa betah bersama mereka menyambutku -orang luar- seperti sepupu jauh.<br />
Dalam keluargaku, jika ada masalah, menyalahkan orang itu selalu penting.<br />
'Siapa yang melakukan ini?' ibuku membentak melihat dapur berantakan.<br />
'lni semua salahmu, Katharine,' ayahku berkeras jika kucing berhasil keluar rumah atau mesin cuci<br />
piring rusak.<br />
<br />
Sejak kami kecil, aku dan saudara-saudaraku saling mengadu.<br />
Kami menyiapkan kursi untuk si Terdakwa di meja makan.<br />
Tapi Keluarga White tidak mencemaskan siapa berbuat apa.<br />
Mereka merapikan yang berantakan dan melanjutkan hidup mereka.<br />
lndahnya hal ini kusadari penuh pada musim panas ketika Jane meninggal.<br />
Keluarga White memiliki enam anak: tiga lelaki, tiga perempuan.<br />
Satu putranya meninggal saat masih kecil, mungkin karena itulah Kelima yang tersisa menjadi dekat.<br />
<br />
Di bulan Juli, aku dan tiga putri White memutuskan berjalan-jalan naik mobil dari rumah mereka di Florida ke New York.<br />
Dua yang tertua, Sarah dan Jane, adalah mahasiswa, dan yang terkecil, Amy, baru menginjak enam belas tahun.<br />
Sebagai pemilik SIM baru yang bangga, Amy gembira ingin melatih keterampilan mengemudinya selama perjalanan itu.<br />
<br />
Dengan tawanya yang lucu, ia memamerkan SIM-nya kepada siapa saja yang ditemuinya.<br />
Kedua kakaknya ikut mengemudikan mobil pada bagian pertama perjalanan, tapi saat mereka tiba di daerah<br />
yang berpenduduk jarang, mereka membolehkan Amy mengemudi.<br />
Suatu tempat di South Carolina, kami keluar dari jalan tol untuk makan.<br />
<br />
Setelah makan, Amy mengemudi lagi.<br />
Ia tiba di perempatan dengan tanda stop untuk mobil dari arah kami.<br />
Entah ia gugup atau tidak memperhatikan atau tidak melihat tandanya tak akan ada yang tahu.<br />
Amy terus menerjang perempatan tanpa berhenti.<br />
Pengemudi trailer semi-traktor besar itu tak mampu mengerem pada waktunya, dan menabrak kendaraan kami.<br />
<br />
Jane langsung meninggal.<br />
Aku selamat hanya dengan sedikit memar.<br />
Hal tersulit yang kulakukan adalah menelepon Keluarga White dan Memberitakan kecelakaan itu dan bahwa Jane meninggal.<br />
Sesakit apa pun perasaanku kehilangan seorang sahabat, aku tahu bagi mereka jauh lebih pedih kehilangan anak.<br />
Saat suami-istri White tiba di rumah sakit, mereka mendapatkan dua putri mereka di sebuah kamar.<br />
Kepala dibalut perban; kaki Amy digips.<br />
Mereka memeluk kami semua dan menitikkan air mata duka dan bahagia saat melihat putri mereka.<br />
Mereka menghapus air mata kedua putrinya dan menggoda Amy hingga tertawa sementara ia belajar menggunakan kruknya.<br />
<br />
Kepada kedua putri mereka, dan terutama kepada Amy, berulang-ulang mereka hanya berkata,<br />
'Kami gembira kalian masih hidup.'<br />
Aku tercengang.<br />
Tak ada tuduhan.<br />
Tak ada tudingan.<br />
<br />
Kemudian, aku menanyakan Keluarga White mengapa mereka tak pernah membicarakan fakta bahwa Amy yang mengemudi dan melanggar rambu-rambu Lalu lintas.<br />
Bu White berkata, 'Jane sudah tiada, dan kami sangat merindukannya.<br />
<br />
Tak ada yang dapat kami katakan atau perbuat yang dapat menghidupkannya kembali.<br />
Tapi hidup Amy masih panjang.<br />
Bagaimana ia bisa menjalani hidup yang nyaman dan bahagia jika ia merasa kami menyalahkannya atas kematian kakaknya?' Mereka benar.<br />
<br />
Amy lulus kuliah dan menikah beberapa tahun yang lalu.<br />
Ia bekerja sebagai guru sekolah anak luar biasa.<br />
Putrinya sendiri sudah dua, yang tertua bernama Jane.<br />
Aku belajar dari Keluarga White bahwa menyalahkan sebenarnya tidak penting, bahkan, kadang-kadang, tak ada gunanya sama sekali, hanya buang energi yang sia-sia. (Author Unknown)<br />
<br />
<div style="color: red;"><i><u><b>Beberapa Pesan moral yang dapat saya ambil dari cerita diatas :</b></u></i></div><br />
1. Betapa indah dan nyamannya dunia ketika "tiada orang yang suka menyalahkan"<br />
<br />
2. Kesedihan akan kehilangan tak mesti membuat kita terpuruk melainkan ada fokus lain yang juga lebih penting untuk kita pikirkan jauh ke masa depan. "fokus pada manfaat bukan benar atau salah"<br />
<br />
3. Belajar untuk sportif dan ikhlas menerima ujian hidup? we create own reality<br />
<br />
4. "Forgiveness does not change the past, but it does enlarge the future."<br />
<br />
5. Mengapa kita tidak mulai untuk tak mudah meyalahkan rekan, bawahan, teman, istri, suami, anak, orang tua, kakak, adik tetangga, atau siapa pun atas segala bentuk kejadian yang tidak menyenangkan.<br />
"The Map is not The Territory"<br />
<br />
Have a positive day!!!<br />
<br />
Salam InspirasiAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-32760435787149925712010-10-26T12:24:00.002+07:002010-10-26T12:29:54.324+07:00Bagaimana Cara Memeluk LandakYulia menunggu dengan antusias.<br />
Kaki kecilnya bolak-balik melangkah dari ruang tamu ke pintu depan.<br />
Diliriknya jalan raya depan rumah.<br />
Belum ada.<br />
Yulia masuk lagi. Keluar lagi.<br />
Belum ada.<br />
Masuk lagi. Keluar lagi.<br />
Begitu terus selama hampir satu jam.<br />
Suara si Mbok yang menyuruhnya berulang kali untuk makan duluan, tidak dia gubris. <br />
<br />
Pukul 18.30. Tinnn... Tiiiinnnnn.. .!!<br />
Yulia kecil melompat girang! Mama pulang! Papa pulang!<br />
Dilihatnya dua orang yang sangat dia cintai itu masuk ke rumah.<br />
<br />
Yang satu langsung menuju ke kamar mandi.<br />
Yang satu mengempaskan diri di sofa sambil mengurut-urut kepala.<br />
Wajah-wajah yang letih sehabis bekerja seharian, mencari nafkah bagi keluarga.<br />
Bagi si kecil Yulia juga, yang tentunya belum mengerti banyak.<br />
Di otaknya yang kecil, Yulia cuma tahu, ia kangen Mama dan Papa, dan ia girang Mama dan Papa pulang.<br />
<br />
"Mama, mama.... Mama, mama...." Yulia menggerak-gerakkan tangan.<br />
"Mama...." Mama diam saja.<br />
Dengan cemas Yulia bertanya, "Mama sakit ya? Mana yang sakit? Mam, mana yang sakit?" <br />
<br />
Mama tidak menjawab.<br />
Hanya mengernyitkan alis sambil memejamkan mata.<br />
Yulia makin gencar bertanya, "Mama, mama... mana yang sakit?<br />
Yulia ambilin obat ya? Ya? Ya?"<br />
<br />
Tiba-tiba...<br />
"Yulia!! Kepala mama lagi pusing! Kamu jangan berisik!"<br />
Mama membentak dengan suara tinggi. <br />
<br />
Kaget...!!<br />
Yulia mundur perlahan.<br />
Matanya menyipit.<br />
Kaki kecilnya gemetar.<br />
Bingung.<br />
Yulia salah apa?<br />
Yulia sayang Mama...<br />
Yulia salah apa?<br />
Takut-takut, Yulia menyingkir ke sudut ruangan.<br />
Mengamati Mama dari jauh, yang kembali mengurut-ngurut kepalanya.<br />
Otak kecil Yulia terus bertanya-tanya:<br />
<br />
Mama, Yulia salah apa?<br />
Mama tidak suka dekat-dekat Yulia?<br />
Yulia mengganggu Mama?<br />
Yulia tidak boleh sayang Mama, ya? <br />
<br />
Berbagai peristiwa sejenis terjadi. <br />
<br />
Dan otak kecil Yulia merekam semuanya.<br />
Maka tahun-tahun berlalu.<br />
Yulia tidak lagi kecil.<br />
Yulia bertambah tinggi.<br />
Yulia remaja.<br />
Yulia mulai beranjak menuju dewasa. <br />
<br />
Tin.. Tiiinnn... !<br />
Mama pulang. Papa pulang.<br />
Yulia menurunkan kaki dari meja.<br />
Mematikan TV. Buru-buru naik ke atas, ke kamarnya, dan mengunci pintu.<br />
Menghilang dari pandangan. <br />
<br />
"Yulia mana?"<br />
"Sudah makan duluan, Tuan, Nyonya." <br />
<br />
Malam itu mereka kembali hanya makan berdua.<br />
Dalam kesunyian berpikir dengan hati terluka :<br />
Mengapa anakku sendiri, yang kubesarkan dengan susah payah, dengan kerja keras, nampaknya tidak suka menghabiskan waktu bersama-sama denganku?<br />
Apa salahku?<br />
Apa dosaku?<br />
Ah, anak jaman sekarang memang tidak tahu hormat sama orangtua!<br />
Tidak seperti jaman dulu. <br />
<br />
Di atas,<br />
Yulia mengamati dua orang yang paling dicintainya dalam diam.<br />
<br />
Dari jauh.<br />
Dari tempat di mana ia tidak akan terluka.<br />
"Mama, Papa, katakan padaku, bagaimana caranya memeluk seekor landak?" <br />
<br />
<br />
yg bisa diambil dari cerita tersebut :<br />
Satu cara terpenting dalam membantu anak-anak tumbuh dewasa adalah :<br />
kita harus tumbuh dewasa terlebih dahulu.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-11975660009864825012010-10-26T12:24:00.000+07:002010-10-26T12:24:17.150+07:00Kisah Sang Maestro Matsushita Di tahun 1929, pernah terjadi 'depresi ekonomi global'.<br />
Wall Street menukik tajam tak terkendali. Surat saham tak lebih nilainya seperti kertas biasa.<br />
<br />
Saat itu, General Motor terpaksa mem-PHK separo dari 92.829 karyawannya.<br />
Perusahaan besar maupun kecil bangkrut.<br />
Jutaan orang menjadi pengangguran. Jutaan orang kelaparan.Daya beli turun bersama harga dan lowongan pekerjaan.<br />
Malam menjadi gelap gulita.<br />
Kepanikan terjadi di mana-mana.<br />
Toko yang masih bertahan, menghentikan pembelian dari pabrik karena gudang sudah penuh dengan barang yang tidak terjual.<br />
<br />
Saat itu, Konosuke Matsushita yang memproduksi peralatan listrik<br />
bermerek National dan Panasonic baru saja merampungkan pabrik dan kantor dengan pinjaman dari Bank Sumitomo.<br />
Kondisi badannya sering sakit-sakitan akibat gizi yang kurang di masa kanak-kanak, ditambah lagi dengan kerja 18 jam sehari, 7 hari seminggu selama 12 tahun merintis usahanya.<br />
Hanya semangat hiduplah yang membuatnya masih bernapas.<br />
Dengan punggung bersandar ke tembok rumah, Matsushita mendengarkan laporan tentang kondisi perekonomian yang terus memburuk ketika manajemennya datang menjenguk.<br />
<br />
Lalu bagaimana tanggapannya ?<br />
"Kurangi produksi separonya, tetapi JANGAN mem-PHK karyawan.<br />
Kita akan mengurangi produksi bukan dengan merumahkan pekerja, tetapi dengan meminta mereka untuk bekerja di pabrik hanya setengah hari.<br />
Kita akan terus membayar upah seperti yang mereka terima sekarang, tetapi kita akan menghapus semua hari libur.<br />
Kita akan meminta semua pekerja untuk bekerja sebaik mungkin dan berusaha menjual semua barang yang ada di gudang." Perintah ini bagi anak buahnya sama anehnya dengan depresi ekonomi itu sendiri.<br />
<br />
Koq bisa terjadi, yah ?<br />
<br />
<br />
Dalam situasi begitu, sangatlah masuk akal jika perusahaan mem-PHK karyawan demi efisiensi.<br />
Namun Matsushita karena keyakinannya pada sang kebajikan sudah mantap, demi kelangsungan hidup anak-istri karyawannya, akhirnya mampu menghasilkan terobosan yang manusiawi pada masa depresi ekonomi tersebut.<br />
<br />
Kebajikan Matsushita terhadap karyawannya mendapatkan hasil yang manis.<br />
16 tahun kemudian dari karyawan yang pernah ditolongnya.<br />
Ia menuai buah kebajikannya sendiri.<br />
<br />
Ketika Perang Dunia II berakhir, Jenderal Douglas McArthur yang mengendalikan Jepang, menangkapi semua pengusaha Jepang untuk diadili karena keterlibatan mereka selama perang.<br />
<br />
Pada kurun 1930-an, para pengusaha Jepang, termasuk Matsushita, mendapat tekanan rezim militer Jepang saat itu untuk memproduksi senjata dan logistik militer lainnya.<br />
Maka Matsushita pun ikut ditangkap.<br />
Sekitar 15.000 pekerja bersama keluarganya membubuhkan tanda tangan petisi pembelaan untuk Matsushita !!!<br />
Jenderal McArthur pun tercengang oleh petisi tersebut dan akhirnya membebaskan Matsushita.<br />
<br />
<br />
Tidak ada pemilik usaha dan pimpinan industri sebelum perang dunia kedua yang diizinkan McArthur kembali ke pekerjaannya kecuali Matsushita.<br />
<br />
Demikianlah Matsushita dapat terus memimpin perusahaannya sampai menjadi raksasa elektronik dunia, dan baru pensiun pada tahun 1989 pada usia 94 tahun.<br />
Ketika Matsushita meninggal tahun 1990, bukan cuma para pebisnis yang berduka cita.<br />
Presiden Amerika saat itu, George Bush (Senior), pun turut berduka.<br />
<br />
Matsushita berhasil membangun dirinya melewati ambang batas pengusaha yang umumnya selalu lapar duit dan haus fulus serta menjadi pribadi yang humanis dan filsuf yang sangat peduli terhadap kemanusiaan.<br />
<br />
Bagi Matsushita, uang bukanlah tujuan.<br />
Meskipun butuh uang tetapi uang bukanlah segala-galanya.<br />
Baginya, uang adalah sarana untuk melakukan kebajikan.<br />
<br />
Itu sebabnya, beliau tidak pernah menggigit orang, main curang, atau merebut jatah orang lain.<br />
Matsushita yakin bahwa kalau kita tidakjahat dan terus berbuat baik maka kejahatan akan menjauhi kita dan kebaikan akan melindungi kita.<br />
<br />
Bagaimana dengan kita ?Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-82889197742943936902010-10-26T12:16:00.000+07:002010-10-26T12:16:34.818+07:00Lentera Jiwa (by Kick Andy)Banyak yang bertanya mengapa saya mengundurkan diri sebagai pemimpin redaksi Metro TV.<br />
Memang sulit bagi saya untuk meyakinkan setiap orang yang bertanya bahwa saya keluar bukan karena ‘pecah kongsi’ dengan Surya Paloh, bukan karena sedang marah atau bukan dalam situasi yang tidak<br />
menyenangkan.<br />
<br />
Mungkin terasa aneh pada posisi yang tinggi, dengan ‘power’ yang luar biasa sebagai pimpinan sebuah stasiun televisi berita, tiba-tiba saya mengundurkan diri.<br />
<br />
Dalam perjalanan hidup dan karir, dua kali saya mengambil keputusan sulit.<br />
Pertama, ketika saya tamat STM.<br />
Saya tidak mengambil peluang beasiswa ke IKIP Padang.<br />
Saya lebih memilih untuk melanjutkan ke Sekolah Tinggi Publisistik di Jakarta walau harus menanggung sendiri beban uang kuliah.<br />
Kedua, ya itu tadi, ketika saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari Metro TV.<br />
<br />
Dalam satu seminar, Rhenald Khasali, penulis buku Change yang saya kagumi, sembari bergurau di depan ratusan hadirin mencoba menganalisa mengapa saya keluar dari Metro TV.<br />
‘’Andy ibarat ikan di dalam kolam.<br />
Ikannya terus membesar sehingga kolamnya menjadi kekecilan.<br />
Ikan tersebut terpaksa harus mencari kolam yang lebih besar.’’ <br />
Saya tidak tahu apakah pandangan Rhenald benar.<br />
<br />
Tapi, jujur saja, sejak lama saya memang sudah ingin mengundurkan diri dari Metro TV.<br />
Persisnya ketika saya membaca sebuah buku kecil berjudul Who Move My Cheese.<br />
Bagi Anda yang belum baca, buku ini bercerita tentang dua kurcaci.<br />
Mereka hidup dalam sebuah labirin yang sarat dengan keju.<br />
Kurcaci yang satu selalu berpikiran suatu hari kelak keju di tempat mereka tinggal akan<br />
habis.<br />
Karena itu, dia selalu menjaga stamina dan kesadarannya agar jika keju di situ habis, dia dalam kondisi siap mencari keju di tempat lain.<br />
Sebaliknya, kurcaci yang kedua, begitu yakin sampai kiamat pun persediaan keju tidak akan pernah habis.<br />
<br />
Singkat cerita, suatu hari keju habis.<br />
Kurcaci pertama mengajak sahabatnya untuk meninggalkan tempat itu guna mencari keju di tempat<br />
lain.<br />
Sang sahabat menolak.<br />
Dia yakin keju itu hanya ‘dipindahkan’ oleh seseorang dan nanti suatu hari pasti akan dikembalikan.<br />
Karena itu tidak perlu mencari keju di tempat lain.<br />
Dia sudah merasa nyaman.<br />
Maka dia memutuskan menunggu terus di tempat itu sampai suatu hari keju yang hilang akan kembali.<br />
<br />
Apa yang terjadi, kurcaci itu menunggu dan menunggu sampai kemudian mati kelaparan.<br />
Sedangkan kurcaci yang selalu siap tadi sudah menemukan labirin lain yang penuh keju.<br />
Bahkan jauh lebih banyak dibandingkan di tempat lama.<br />
<br />
Pesan moral buku sederhana itu jelas:<br />
<div style="color: red;"><u><b>jangan sekali-kali kita merasa nyaman di suatu tempat sehingga lupa mengembangkan diri guna menghadapi perubahan dan tantangan yang lebih besar. </b></u></div><br />
Mereka yang tidak mau berubah, dan merasa sudah nyaman di suatu posisi, biasanya akan mati digilas<br />
waktu.<br />
<br />
Setelah membaca buku itu, entah mengapa ada dorongan luar biasa yang menghentak-hentak di dalam dada.<br />
Ada gairah yang luar biasa yang mendorong saya untuk keluar dari Metro TV.<br />
Keluar dari labirin yang selama ini membuat saya sangat nyaman karena setiap hari ‘keju’ itu sudah tersedia di depan mata.<br />
Saya juga ingin mengikuti ‘lentera jiwa’ saya.<br />
Memilih arah sesuai panggilan hati.<br />
Saya ingin berdiri sendiri.<br />
<br />
Maka ketika mendengar sebuah lagu berjudul ‘Lentera Jiwa’ yang dinyanyikan Nugie, hati saya melonjak-lonjak.<br />
Selain syair dan pesan yang ingin disampaikan Nugie dalam lagunya itu sesuai dengan kata hati<br />
saya, sudah sejak lama saya ingin membagi kerisauan saya kepada banyak orang.<br />
<br />
Dalam perjalanan hidup saya, banyak saya jumpai orang-orang yang merasa tidak bahagia dengan pekerjaan mereka.<br />
Bahkan seorang kenalan saya, yang sudah menduduki posisi puncak di suatu perusahaan asuransi asing,<br />
mengaku tidak bahagia dengan pekerjaannya.<br />
Uang dan jabatan ternyata tidak membuatnya bahagia.<br />
Dia merasa ‘lentera jiwanya’ ada di ajang pertunjukkan musik.<br />
Tetapi dia takut untuk melompat.<br />
Takut untuk memulai dari bawah.<br />
Dia merasa tidak siap jika kehidupan ekonominya yang sudah mapan berantakan.<br />
Maka dia menjalani sisa hidupnya dalam dilema itu.<br />
Dia tidak bahagia. <br />
<br />
Ketika diminta untuk menjadi pembicara di kampus-kampus, saya juga menemukan banyak mahasiswa yang tidak happy dengan jurusan yang mereka tekuni sekarang.<br />
Ada yang mengaku waktu itu belum tahu ingin menjadi apa, ada yang jujur bilang ikut-ikutan pacar (yang belakangan ternyata putus juga) atau ada yang karena solider pada teman.<br />
Tetapi yang paling banyak mengaku jurusan yang mereka tekuni sekarang -- dan membuat mereka<br />
tidak bahagia -- adalah karena mengikuti keinginan orangtua.<br />
<br />
Dalam episode Lentera Jiwa (tayang Jumat 29 dan Minggu 31 Agustus 2008),<br />
kita dapat melihat orang-orang yang berani mengambil keputusan besar dalam hidup mereka.<br />
Ada Bara Patirajawane, anak diplomat dan lulusan Hubungan Internasional, yang pada satu titik mengambil keputusan drastis untuk berbelok arah dan menekuni dunia masak memasak.<br />
Dia memilih menjadi koki.<br />
Pekerjaan yang sangat dia sukai dan menghantarkannya sebagai salah satu pemandu acara masak-memasak di televisi dan kini memiliki restoran sendiri.<br />
<br />
‘’Saya sangat bahagia dengan apa yang saya kerjakan saat ini,’’ ujarnya.<br />
Padahal, orangtuanya menghendaki Bara mengikuti jejak sang ayah sebagai dpilomat.<br />
<br />
Juga ada Wahyu Aditya yang sangat bahagia dengan pilihan hatinya untuk menggeluti bidang animasi.<br />
Bidang yang menghantarkannya mendapat beasiswa dari British Council.<br />
Kini Adit bahkan membuka sekolah animasi.<br />
Padahal, ayah dan ibunya lebih menghendaki anak tercinta mereka mengikuti jejak sang ayah sebagai dokter.<br />
<br />
Simak juga bagaimana Gde Prama memutuskan meninggalkan posisi puncak sebuah perusahaan jamu dan jabatan komisaris di beberapa perusahaan.<br />
<br />
Konsultan manajemen dan penulis buku ini memilih tinggal di Bali dan bekerja untuk dirinya sendiri sebagai public speaker.<br />
<br />
Pertanyaan yang paling hakiki adalah apa yang kita cari dalam kehidupan yang singkat ini?<br />
<br />
Semua orang ingin bahagia.<br />
Tetapi banyak yang tidak tahu bagaimana cara mencapainya.<br />
Karena itu, beruntunglah mereka yang saat ini bekerja di bidang yang dicintainya.<br />
Bidang yang membuat mereka begitu bersemangat, begitu gembira dalam menikmati hidup.<br />
<br />
‘’Bagi saya, bekerja itu seperti rekreasi. Gembira terus. Nggak ada capeknya,’’ ujar Yon Koeswoyo,<br />
salah satu personal Koes Plus, saat bertemu saya di kantor majalah Rolling Stone.<br />
Dalam usianya menjelang 68 tahun, Yon tampak penuh enerji. Dinamis.<br />
Tak heran jika malam itu, saat pementasan Earthfest2008, Yon mampu melantunkan sepuluh lagu tanpa henti. Sungguh luar biasa. ‘’Semua karena saya mencintai pekerjaan saya. Musik adalah dunia saya.<br />
Cinta saya. Hidup saya,’’ katanya.<br />
<br />
Berbahagialah mereka yang menikmati pekerjaannya.<br />
Berbahagialah mereka yang sudah mencapai taraf bekerja adalah berekreasi.<br />
Sebab mereka sudah menemukan lentera jiwa mereka.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6724215527301578872.post-11270475423560777362010-10-26T12:08:00.000+07:002010-10-26T12:08:08.234+07:00Kisah Zhang DaUntuk siapapun yang mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari orang tua kuncinya satu:<br />
Memaafkan, sehingga kedamaian ada pada hidup kita, jaman dulu sudah biasa ortu bertindak seperti itu, banyak faktor, salah satunya kemiskinan dan pendidikan yg rendah.<br />
Moga2 tulisan dibawah ini membawa kita semua, terutama yg mengalami hal-2 buruk.<br />
<br />
Di Provinsi Zhejiang China, ada seorang anak laki-laki yang luar biasa, sebut saja namanya Zhang Da. Perhatiannya yang besar kepada Papanya, hidupnya yang pantang menyerah dan mau bekerja keras, serta tindakan dan perkataannya yang menyentuh hati membuat Zhang Da, anak lelaki yang masih berumur 10 tahun ketika memulai semua itu, pantas disebut anak yang luar biasa.<br />
<br />
Saking jarangnya seorang anak yang berbuat demikian, sehingga ketika Pemerintah China mendengar dan menyelidiki apa yang Zhang Da perbuat maka merekapun memutuskan untuk menganugerahi penghargaan negara yang tinggi kepadanya.<br />
Zhang Da adalah salah satu dari sepuluh orang yang dinyatakan telah melakukan perbuatan yang luar<br />
biasa dari antara 1,4 milyar penduduk China.<br />
<br />
Tepatnya 27 Januari 2006 Pemerintah China, di provinsi Jiangxu, kota Nanjing, serta disiarkan<br />
secara Nasional ke seluruh pelosok negeri, memberikan penghargaan kepada 10 (sepuluh) orang yang luar biasa, salah satunya adalah Zhang Da.<br />
<br />
Mengikuti kisahnya di televisi, membuat saya ingin menuliskan cerita ini untuk melihat semangatnya yang luar biasa.<br />
Bagi saya Zhang Da sangat istimewa dan luar biasa karena ia termasuk 10 orang yang paling luar<br />
biasa di antara 1,4 milyar manusia.<br />
Atau lebih tepatnya ia adalah yang terbaik diantara 140 juta manusia.<br />
Tetapi jika kita melihat apa yang dilakukannya dimulai ketika ia berumur 10 tahun dan terus dia lakukan<br />
sampai sekarang dan satu-satunya anak diantara 10 orang yang luarbiasa tersebut maka saya bisa katakan bahwa Zhang Da yang paling luar biasa di antara 1,4 milyar penduduk China.<br />
<br />
Pada waktu tahun 2001, Zhang Da ditinggal pergi oleh Mamanya yang sudah tidak tahan hidup menderita karena miskin dan karena suami yang sakit keras.<br />
Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang Papa yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan.<br />
Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggung jawab yang sangat berat.<br />
Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus<br />
memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia.<br />
<br />
Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai.<br />
Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini.<br />
Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini.<br />
Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah.<br />
<br />
Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggung jawab untuk meneruskan kehidupannya dan papanya.<br />
Demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya.<br />
Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah.<br />
Dari rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil.<br />
Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, Ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui.<br />
<br />
Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya.<br />
Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan.<br />
<br />
Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu.<br />
Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya..<br />
Hidup seperti ini ia jalani selama lima tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat.<br />
<br />
Zhang Da Merawat Papanya yang Sakit. <br />
Sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggung jawab untuk merawat papanya.<br />
Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan papanya, ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan papanya, semua dia kerjakan dengan rasa tanggung jawab dan kasih. Semua pekerjaan ini menjadi tanggung jawabnya sehari-hari.<br />
<br />
Zhang Da menyuntik sendiri papanya. <br />
Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini.<br />
Sejak umur sepuluh tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli.<br />
Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi/suntikan kepada pasiennya.<br />
<br />
Setelah ia rasa ia mampu, ia nekad untuk menyuntik papanya sendiri.<br />
Saya sungguh kagum, kalau anak kecil main dokter-dokteran dan suntikan itu sudah biasa.<br />
Tapi jika anak 10 tahun memberikan suntikan seperti layaknya suster atau dokter yang sudah biasa memberi injeksi saya baru tahu hanya Zhang Da.<br />
Orang bisa bilang apa yang dilakukannya adalah perbuatan nekad, sayapun berpendapat demikian.<br />
Namun jika kita bisa memahami kondisinya maka saya ingin katakan bahwa Zhang Da adalah anak<br />
cerdas yang kreatif dan mau belajar untuk mengatasi kesulitan yang sedang ada dalam hidup dan kehidupannya.<br />
<br />
Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun, maka Zhang Da<br />
sudah trampil dan ahli menyuntik.<br />
Aku Mau Mama Kembali.<br />
Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, Pembawa Acara (MC) bertanya kepadanya,<br />
<br />
"Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidupmu, berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah, besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja.<br />
Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat, pengusaha, orang terkenal yang hadir.<br />
Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!"<br />
<br />
Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa.<br />
MC pun berkata lagi kepadanya,<br />
"Sebut saja, mereka bisa membantumu" Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar iapun menjawab,<br />
"Aku Mau Mama Kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu Papa, aku bisa cari<br />
makan sendiri, Mama Kembalilah!"<br />
demikian Zhang Da bicara dengan suara yang keras dan penuh harap. <br />
<br />
Saya bisa lihat banyak pemirsa menitikkan air mata karena terharu, saya pun tidak menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya.<br />
Mengapa ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan papanya, mengapa ia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya, mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit, mengapa ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, melihat katabelece yang dipegangnya semua akan membantunya.<br />
Sungguh saya tidak mengerti, tapi yang saya tahu apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi<br />
dirinya.<br />
<br />
Aku Mau Mama Kembali,<br />
sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan<br />
papanya.<br />
<br />
Tidak semua orang bisa sekuat dan sehebat Zhang Da dalam mensiasati kesulitan hidup ini.<br />
Tapi setiap kita pastinya telah dikaruniai kemampuan dan kekuatan yg istimewa untuk menjalani ujian di dunia.<br />
Sehebat apapun ujian yg dihadapi pasti ada jalan keluarnya...<br />
ditiap-tiap kesulitan ada kemudahan dan Allah tidak akan menimpakan kesulitan diluar kemampuan umat-Nya.<br />
<br />
Jadi janganlah menyerah dengan keadaan, jika sekarang sedang kurang beruntung, sedang mengalami kekalahan.... bangkitlah!<br />
karena sesungguhnya kemenangan akan diberikan kepada siapa saja yg telah berusaha sekuat kemampuannya..Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com0